Bukti Ilmiah Hipotesis Alvarez Ocean Drilling Program |
Teori ini secara perlahan bisa diterima oleh para ilmuwan dan banyak penelitian baru untuk mencari detail mekanisme/proses peristiwa kepunahan K/T secara spesifik. Benturan asteroid memberi sebuah kontribusi luar biasa penting bagi kepunahan Dinosaurus; tetapi, bukan hanya sekedar benturan yang kita pelajari, melainkan juga mengenai seleksi alam yang terjadi dan alasan kenapa beberapa organisme yang hidup pada saat itu tidak mengalami kepunahan. Ada banyak pertanyaan yang masih perlu dijawab antara lain: Kenapa Dinosaurus yang begitu dominan bisa punah, tetapi tidak buaya dan kura-kura? Kenapa reptil laut, belemnites (sejenis cumi-cumi purba), dan ammonites (seperti belemnites tapi bercangkang) punah, sedangkan ikan atau hiu tidak? Kenapa hanya sebagian jenis mamalia saja yang punah, tidak semuanya?
Selain berusaha menjawab beberapa pertanyaan di atas, banyak ilmuwan yang memilih untuk mempelajari jejak-jejak benturan asteroid dengan melakukan penelitian bawah laut. Salah satu ilmuwan yang terkenal dalam bidang ini adalah Dr. Brian T. Huber, ahli mikropaleontologi dari National Museum of Natural History Dept. of Paleobiology. Beliau telah mempelajari banyak bukti pendukung hipotesis Alvarez tentang kepunahan Dinosaurus dari dasar lautan dalam sebuah program penelitian bawah laut (Ocean Drilling Program). Untuk mengadakan penelitian ini, harus dilakukan pengeboran lapisan Planet Bumi yang berada di dasar lautan.
Eksplorasi ini dilakukan di wilayah 500-580 kilometer arah timurlaut Pantai Florida. Huber mempelajari sejenis mikro organisme bernama Foraminifera yang diambil dari lapisan pusat Bumi (core). Bahan penelitian ini diambil dari sedimen yang terbentuk di periode Cretaceous dan Tertiary. Fakta yang mengejutkan adalah ditemukannya perbedaan besar antara jenis Foraminifera yang hidup sebelum K/T dan yang hidup setelahnya; jenis Foraminifera yang berbeda tersebut hanya dipisahkan oleh jarak/interval 40cm saja di dalam lapisan core.
Sebelum peristiwa kepunahan K/T terjadi, banyak sekali terdapat Foraminifera berukuran relatif besar (dalam konsep plankton), juga dihiasi oleh banyak ornamen. Setelah K/T, sebagian besar spesimen adalah mahkluk yang lebih kecil dan memiliki lebih sedikit ornamen. Secara umum, lebih dari 90% Foraminifera yang hidup pada periode Cretaceous telah punah. Jumlah ini bisa dibilang setara dengan tingkat kepunahan calcareous nannofossils (fosil-fosil berukuran kecil yang ditemukan di lapisan bawah laut). Huber juga menemukan serpihan kuarsa dan tektites; yang merupakan bukti langsung benturan asteroid.
Sebenarnya, pusat Bumi atau core juga memberi gambaran jelas tentang banyak perubahan yang terjadi saat peristiwa kepunahan berlangsung. Salah satu contohnya adalah adanya perbedaan warna di 3 bagian lapisan core; bagian paling bawah (sedimen Cretaceous) berwarna putih kapur, lalu menjadi abu-abu tua juga terdapat lapisan tektites di bagian tengah, kemudian berubah lagi menjadi putih keruh di bagian paling atas (periode Tertiary). Sedikit berada di atas lapisan tektites (antara bagian tengah dan atas lapisan core), terdapat satu lapisan lagi yang sangat tipis, berwarna karat, dan memiliki banyak kandungan besi; bagian ini disebut “lapisan bola api” atau “fireball layer”. Lapisan bola api juga ditemukan di banyak tempat di atas permukaan laut. Lapisan ini mengandung partikel-partikel asteroid, arang/serbuk berwarna hitam hasil pembakaran, dan debu yang jatuh ke permukaan Bumi setelah benturan dengan asteroid terjadi.
Semua hasil penelitian dalam Ocean Drilling Program memberi banyak bukti kuat terhadap hipotesis Alvarez tentang peristiwa kepunahan K/T.
No comments:
Post a Comment