Ukuran Planet Bumi Tidak Bertambah |
Sejak jaman Charles Darwin, ilmuwan berpendapat bahwa bentuk Bumi berubah-ubah dan ukurannya pun bertambah. Dugaan ini menjadi semakin diterima dan terkenal, sampai ilmuwan mengembangkan teori lempengan tektonik. Teori ini mengatakan bahwa permukaan terluar Planet Bumi (litosfer) sebenarnya terbentuk dari banyak lempengan berbatu; lempengan tersebut terus bergerak sejak tercipatanya planet dan menyebabkan perubahan-perubahan besar di permukaan.
Seperti kita ketahui bahwa semua benua sebenarnya terbentuk dari satu daratan besar disebut Pangaea, tapi kemudian terpisah karena pergerakan lempengan tektonik. Prosesnya bisa melalui letusan gunung berapi, gempa, dan lain-lain. Teori ini juga membantah kemungkinan Planet Bumi untuk berkembang dari segi ukuran, tapi beberapa ilmuwan masih terus memperdebatkan kemungkinan itu.
Sebuah studi baru oleh NASA akhirnya mengakhiri perdebatan tentang itu. Dengan menggunakan alat-alat yang memang didisain untuk mengukur perkembangan Bumi (jika memang ada), tim peneliti NASA tidak menemukan perkembanagan signifikan pada ukuran Bumi.
Pertumbuhan ukuran Planet Bumi menjadi hal penting untuk dipelajari karena kita membutuhkan sebuah dasar atau referensi yang pasti dalam menentukan/meneliti seberapa cepat permukaan Bumi berubah. Banyak kejadian alam yang mengubah wajah planet ini misalnya erosi, atau gunung yang bertambah tinggi. Begitu juga dengan El Nino dan La Nina yang mendorong pergerakan air dalam jumlah besar. Pertambahan ukuran Bumi akan sangat berpengaruh pada pemahaman manusia tentang gravitasi dan bentuk Bumi secara umum.
Mengukur Besar Planet Bumi
Untuk mengukur besar Planet Bumi, komunitas ilmuwan seluruh dunia menciptakan International Terrestrial Reference Frame; sistem ini mencakup navigasi dan deteksi untuk pesawat luar angkasa yang mengorbit Bumi. Banyak juga aspek lain yang termasuk dalam perhitungan misalnya peningkatan permukaan air laut, keseimbangan es di kutub, dan kelanjutan proses pemulihan yang dilakukan Planet Bumi sejak jaman es (dimana sebagian besar permukaan tertutup lapisan es) hingga sekarang.
Ada banyal alat lain digunakan antara lain sebagai berikut:
- Satelit laser : alat ini digunakan untuk mengukur rentang waktu yang dibutuhkan sebuah cahaya untuk berjalan dari pusat kendali di Bumi menuju satelit dan kembali lagi.
- Interferometri: sebuah teknologi yang bisa menggabungkan hasil observasi teleskop, sehingga gambar yang diproyeksi mencapai ukuran maksimum.
- GPS: penunjuk arah atau peta digital menggunakan satelit milik Amerika Serikat.
- Doppler Orbitography and Radiopositioning: teknologi ini menggunakan satelit buatan Perancis yang terhubung dengan sinyal radio di permukaan Bumi. Sistem ini berguna untuk menentukan orbit satelit dan posisinya di permukaan planet.
Ilmuwan menggunakan hampir semua teknik pengukuran modern untuk menentukan International Terrestrial Reference Frame. Pada awalnya, ilmuwan akan mencari pusat berat Bumi; tentu saja diperlukan perhitungan akurat terhadap semua aspek meliputi lautan, es, dan atmosfer; jadi bukan hanya berat daratan.
Model pengukuran seperti ini masih dianggap tidak terlalu akurat karena keterbatasan fasilitas di permukaan planet; karena planet selalu bergerak, mungkin perhitungan atau pencarian titik pusat planet akan selalu meleset. Untuk mengatasi hal ini, sebuah tim peneliti lain ditugaskan untuk mengevaluasi tingkat keakuratan metode pengukuran yang digunakan.
Seperti disebutkan sebelumnya, ada 4 alat modern digunakan; semuanya berfungsi untuk mengumpulkan data tentang pergerakan permukaan Bumi. Data ini kemudian digabungkan dengan hasil pengukuran gravitasi planet oleh GRACE (Gravity Recovery and Climate Experiment) milik NASA. GRACE memberikan gambaran tentang perubahan gravitasi planet Bumi yang diukur dari luar angkasa dan dasar lautan.
Dengan menggunakan prosedur yang sedemikian sulitnya, ilmuwan menemukan bahwa radius Planet Bumi bertambah sebesar 0,1 milimeter setiap tahun; perkembangan yang dianggap sama sekali tidak signifikan.
No comments:
Post a Comment