Tentang Burung dan Theropods |
Penemuan sebuah fosil mampu memberi banyak teori baru tentang hubungan kekerabatan Dinosaurus dengan mahkluk hidup modern yang sekarang kita kenal. Salah satu contohnya adalah fosil Eosinopteryx, yang dianggap sebagai nenek moyang burung. Selama ini kita mngetahui bahwa burung adalah keturunan Dinosaurus jenis Theropods, tapi Eosinopteryx ternyata dianggap lebih mirip dengan burung oleh sebagian ilmuwan.
Teori baru ini dijelaskan dalam sebuah tulisan karangan Dr. Gareth Dyke, seorang dosen senior Vertebrate Palaeontology di University of Southampton. Tulisannya mendeskripsikan bahwa sejenis Dinosaurus berukuran panjang sekitar 30cm ternyata berusia lebih tua dari jenis Dinosaurus-mirip-burung yang selama ini kita anggap sebagai nenek moyang burung modern.
Selama bertahun-tahun, para ahli paleontologi percaya bahwa burung merupakan keturunan Dinosaurus jenis Theropods, yang hidup pada awal periode Cretaceous sekitar 120 -130 juta tahun lalu. Penemuan fosil Dinosaurus Eosinopteryx, secara lugas membantah teori ini. Eosinopteryx adalah Dinosaurus yang memiliki bulu seperti burung modern dan telah hidup pada pertengahan sampai akhir periode Jurassic. Eosinopteryx juga dijelaskan dalam Nature Communications yang terbit pada bulan Januari 2013 dan memberi bukti pendukung baru untuk teroi ini.
Kita sebelumnya mengetahui bahwa burung merupakan keturunan dari Archaeopteryx – juga dianggap sebagai burung pertama di Planet Bumi. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa ternyata hubungan kekerabatan burung dengan Dinosaurus lebih kompleks dari dugaan sebelumnya dan masih perlu diteliti lebih lanjut.
Fosil Eosinopteryx ditemukan di daerah timur-laut China; pada saat masih memiliki bulu, Dinosaurus ini sebenarnya tidak bisa terbang karena jangkauan sayapnya yang masih kecil dan struktur tulang yang tidak memungkinkan untuk mengepakkan sayap. Dinosaurus ini juga memiliki jari kaki yang memungkinkan untuk berjalan. Selain itu, Eosinopteryx memiliki lebih sedikit bulu di bagian ekor dan kaki bagian bawah, sehingga bisa berlari dengan mudah.
Penelitian Dr. Gareth Dyke dibantu oleh banyak ilmuwan ternama antara lain:
- Pascal Godefroit (Royal Belgian Institute of Natural Sciences)
- Helena Demuynck (Earth System Science Vrije Universiteit Brussel)
- Dongyu Hu (Paleontological Institute Shenyang Normal University China dan Key Laboratory of Vegetation Ecology Northeast Normal University China)
- François Escuillié (Eldonia France)
- Philippe Claeys (Jilin University Geological Museum China)
No comments:
Post a Comment