Mendarat di Mars |
Setelah hampir 5 dekade mengirimkan penjelajah robotik ke permukaan Mars, masih terdapat kekhawatiran tentang apakah misi seperti ini memang benar-benar aman dilakukan. Sekitar 2/3 dari seluruh misi penjelajahan ke Mars telah gagal; tidak hanya dari pihak NASA, tapi juga Rusia dan negara-negara Eropa lainnya.
Program penjelajahan Mars tetap berlangsung dan penelitian masih dilakukan hingga sekarang. Bahkan Mars Science Laboratory (MSL) kini telah merencanakan sebuah robot baru untuk diluncurkan dalam misi selanjutnya ke Mars. Pembuatan robot baru yang dinamakan Curiosity ini telah memakan biaya lebih dari 2 miliar dolar. MSL sebenarnya juga mencatatkan beberapa misi sukses dengan Apollo, Space Shuttle, Mars Reconnaissance Orbiter, dan Phoenix Lander.
Rangkaian kesuksesan tersebut tetap tidak bisa mengurangi rasa kekhawatiran para ilmuwan. Pada tahun 1999, Mars Climate Orbiter hancur berkeping-keping dalam misinya karena terjadi kesalahan perhitungan jarak pendaratan. Kegagalan lain adalah misi Mars Polar Lander, yang bahkan tidak terdeteksi setelah percobaan pendaratan. Dengan Curiosity, kemungkinan kesuksesan lebih besar, demikian juga dengan resiko kegagalan.
Implementasi ilmu fisika menjadi sangat penting dalm proses pembuatan Curiosity. Ilmuwan harus menentukan besarnya gaya gravitasi di Mars, jarak pantulan yang disebabkan karena pendaratan, kapan harus membuka parasut, dan sebagainya. Pesawat baru ini 5 kali lebih besar dari yang pernah dibuat dan akan membawa 10 kali lebih banyak peralatan. Perbedaan ukuran ini membuat para ilmuwan harus melakukan perhitungan ulang untuk semua aspek yang mempengaruhi pendaratan. NASA harus menggunakan teknologi baru dengan tujuan memperlambat laju pesawat saat mencapai atmosfer. Pesawat ini akan melaju dengan kecepatan lebih dari 13,000 mil per jam (20.000 km/jam); perhitungan ketepatan waktu dan jarak merupakan faktor utama karena pesawat harus mampu menahan panas atmosfer Mars dan mendaratkan rodanya ke permukaan secara lancar.
Curiosity akan ditemani oleh dua teknologi atau pesawat dengan nama Spirit dan Opportunity; masing-masing berukuran hampir sama dengan sebuah traktor. Mereka akan menggunakan roket dan parasut unutk memperlambat laju pesawat, kemudian sebuah bantalan (airbag) akan menutupi Curiosity dan menahan benturan dengan permukaan Mars. Curiosity akan terlempar berkali-kali setelah mendarat sampai benar-benar berhenti.
Saat Curiosity mencapai Mars, sebuah tameng akan menutupinya untuk menahan panas gesekan dengan atmosfer. Tameng penahan panas ini akan menjadi yang terbesar untuk program luar angkasa. Kecepatan pesawat akan berkurang dan parasut digunakan.
Tameng ini akan lepas, dan parasut yang ukurannya mencapai 50-meter x 15-meter akan terbuka saat Curiosity berjalan dengan kecepatan kurang lebih 1500 km/jam. Saat mencapai ketinggian 1,5 km di atas permukaan, 8 buah roket menyala untuk memperlambat kecepatan pesawat. Sementara itu, roda pesawat akan keluar untuk persipan pendaratan.
Tahap paling sulit adalah saat pesawat hampir mencapai permukaan. Benturan tidak bisa dihindari, dan benturan pesawat mungkin akan mempengaruhi/merusak Curiosity. Oleh karena itu, pesawat harus benar-benar terlempar jauh untuk mengindari tabrakan dengan Curiosity. Jika perhitungannya salah, Curiosity bisa saja hanya menjadi sebuah barang rusak di Mars.
Tapi jika msi ini sukses, besar kemungkinan Curiosity akan membawa banyak pengetahuan baru tentang keberadaan mahkluk hidup di Mars dan apakah bisa mendukung kehidupan mahkluk Bumi.
No comments:
Post a Comment