Planet Bumi dan Manusia |
Bentuk hubungan Planet Bumi dan manusia sudah bukan lagi seperti rumah dan penghuninya; sekarang telah beralih menjadi seperti produsen dan konsumen. Kemampuan planet ini menyediakan sumber daya alam untuk jangka waktu setahun, ternyata lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan manusia mengkonsumsinya. Menurut Global Footprint Network, wacana ketersediaan SDA sebenarnya sudah mulai diperhitungkan sejak tahun 1975. Bahkan Global Footprint Network setiap tahun menandai hari dan tanggal tertentu, dimana manusia telah menghabiskan SDA yang seharusnya dipakai untuk jangka waktu setahun, dan sering disebut sebagai Earth Overshoot Day.
Secara berurutan dalam 2 dekade terakhir, Earth Overshoot Day jatuh pada tanggal 21 Oktober 1993 dan 22 September 2003. Sedangkan tahun ini jatuh pada tanggal 20 Agustus, artinya setelah tanggal itu manusia harus berada dalam keadaan defisit SDA sampai tahun ini berakhir.
Global Footprint Network menghitung kemampuan Bumi menyediakan SDA (yang dapat diperbarui) dalam setahun, juga jumlah konsumsi total populasi manusia. Hasilnya menunjukkan bahwa kebutuhan konsumen dalam setahun ternyata jauh lebih besar daripada kemampuan produsen memperbarui sumber daya alam yang telah digunakan. Bukan hanya ketersediaan SDA yang terkuras, tapi juga kemampuan Bumi menyerap karbon untuk mencegah peningkatan suhu permukaan planet.
Bumi yang seharusnya menjadi rumah, sekarang tidak bisa lagi menunjang kebutuhan penghuninya. Populasi manusia semakin meningkat, kebutuhan akan SDA juga bertambah, dan sampai sekarang kita hanya punya satu planet untuk ditinggali.
Ada sekitar 4.1 miliar manusia pada tahun 1975, dan konsumsi SDA yang mereka butuhkan dalam setahun masih berada dalam batas kemampuan Planet Bumi; selain itu, jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer masih bisa diserap dengan baik. Sekarang ada lebih dari 7.3 miliar orang di Planet Bumi, dan setiap tahun Earth Overshoot Day selalu jatuh lebih awal, sekitar 1 sampai 2 hari lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya.
Saat ini populasi manusia menggunakan 38% bagian planet untuk bercocok tanam atau beternak. Banyak dari lahan pertanian tersebut yang dulunya berupa padang rumput. Begitu banyak habitat telah hilang karena proses bercocok tanam itu; padang rumput adalah habitat paling rentan punah dan paling tidak terlindungi di Planet Bumi. Proses ekspansi atau perluasan lahan pertanian di masa depan diperkirakan akan berada di wilayah tropis. Proses seperti ini juga akan menghilangkan banyak sekali habitat di hutan tropis untuk menciptakan lahan pertanian baru, perkembangbiakan ternak, pembangunan pabrik kelapa sawit, dan kilang minyak bumi.
Populasi manusia diperkirakan mencapai 9 miliar di tahun 2050, mengakibatkan permintaan akan makanan, air, dan energi menjadi dua kali lipat, mungkin peningkatan kebutuhan SDA secara keseluruhan bisa mencapai 150%.
Bagaimanapun juga, manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan sumber daya alam seperti makanan, air, dan energi. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan, bukan lagi ekstensifikasi tetapi intensifikasi; menggunakan sedikit sumber daya untuk memenuhi lebih banyak kebutuhan. Intensifikasi dilakukan bukan hanya di bidang pertanian, misalnya dengan menggunakan sedikit air dan lahan untuk menumbuhkan lebih banyak makanan. Implementasi hal serupa juga harus ada dalam penggunaan bahan bakar minyak, misalnya dengan peningkatan efisiensi mesin kendaraan dan sebagainya.
Salah satu hal terbaik yang telah dilakukan adalah dengan menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility), dimana perusahaan besar harus berperan aktif atau bertanggung jawab terhadap semua pihak yang terkena dampak aktivitas perusahaan tersebut. Contoh yang paling tepat adalah kerjasama yang dilakukan oleh The Better Cotton Initiative dan WWF (World Wildlife Fund); mereka mengedepankan dan bekerja sama dengan para petani unutk mengatur pengolahan lahan kapas. Dalam jangka waktu 5 tahun dari 2005 sampai 2010, kerjasama ini menunjukkan hasil luar biasa. Penggunaan pestisida berkurang sampai 60%, penggunaan air turun sampai 40%, dan pemakaian pupuk sintetik juga dikurangi sebanyak 30%. Para petani ternyata juga memperoleh peningkatan keuntungan dari 15% sampai 20%.
Hal ini baik untuk petani juga untuk Planet Bumi, karena kapas menggunakan 24% dari seluruh jumlah insektisida di dunia dan menguasai 11% pasar pestisida, sedangkan 73% kapas diprosuksi di tanah irigasi. Kerjasama antara The Better Cotton Initiative dan WWF mungkin tidak terlalu banyak berpengaruh dalam skala global, tapi konsep CSR seperti ini telah dilakukan banyak perusahaan besar untuk menjaga ketersediaan SDA dan keanekaragaman habitat di Planet Bumi.
No comments:
Post a Comment