Monday, May 20, 2013

Perkembangan Teknologi Kincir Angin

Perkembangan Teknologi Kincir Angin
Perkembangan Teknologi Kincir Angin


Pemanfaatan kincir angin untuk tenga listrik belum benar-benar diperhatikan di negara kita. Tapi di beberapa negara lain, teknologi kincir angin sedang dalam proses penyempurnaan. Pada tahun 2008, turbin bertenaga angin menghasilkan 1.26% dari seluruh energi listrik di Amerika Serikat, dan sekitar 1.5% di seluruh dunia.

Kita dan banyak orang di Planet Bumi menginginkan turbin angin berperan lebih besar dalam produksi listrik; angin adalah sumber energi paling mudah didapat, bersih, dan tidak memerlukan bahan bakar. Tapi sampai sekarang, teknologi ini belum benar-benar sempurna, tingkat efisiensinya hanya sekitar 20-30% saja.

Kita tidak bisa membantah bahwa Amerika Serikat jauh lebih manju daripada negara kita di bidang teknologi. Kita tentu bisa mengadaptasi perkembangan teknologi turbin dari sana dan menerapkannya untuk kebutuhan energi masyarakat.

U.S. Department of Energy (DOE) sedang mengusahakan peningkatan presentase pemanfaatan energi listrik dari turbin angin sampai 20% dari total kebutuhan listrik di tahun 2030. Dari 1.26% ke 20% merupakan target luar biasa besar yang harus dicapai dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. DOE menggunakan teknologi turbin paling baru untuk mencapai target ini.

Kincir angin yang digunakan bernama DOE 1.5; nama ini diberikan karena peralatan ini mampu menghasilkan 1.5-megawatt listrik (cukup untuk kebutuhan sekitar 450 rumah). Belum lama ini, DOE 1.5 telah dipasang di Boulder, Colorado tepatnya di National Renewable Energy Laboratory (NREL). Kincir angin ini sebenernya diperjualbelikan secara bebas dan tersedia bagi siapa saja yang ingin dan mampu membeli; jadi Indonesia pun bisa memanfaatkannya jika mau dan bisa. DOE 1.5 bukan yang terbesar, tapi jenis ini yang dipilih dan akan digunakan dalam setiap penelitian untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

Peningkatan efisiensi dilakukan dengan mencoba menyempurnakan beberapa aspek seperti di bawah ini:

1. Baling-baling

Baling-baling berukuran panjang bisa menangkap atau mengumpulkan lebih banyak energi dibandingkan dengan yang berukuran pendek. Kelemahannya adalah baling-baling panjang cenderung lebih berat dan lebih mudah rusak. Fokus penelitian adalah unutk tetap mempertahankan ukuran panjang, kekuatan, ketebalan, tapi dengan berat/bobot lebih ringan.
Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan mendesain baling-baling seperti sebuah sandwich. Bahan ringan digunakan di tengah, diapit diantara dua jenis bahan yang lebih berat. Penemuan bahan jenis baru dan proses produksi modern sangat memungkinkan untuk mencapai tujuan ini.

2. Transportasi

Transportasi juga berperan penting dalam penerapan teknologi turbin. Beberapa truk yang digunakan untuk mengangkut baling-baling kincir angin merupakan salah satu jenis kendaraan terbesar di dunia. Rute pengangkutan harus diperhitungkan secara teliti supaya tidak menggangu laju lalu lintas. Sebaiknya juga menghindari jalan yang memiliki tikunagn tajam dan jembatan.

3. Kontrol

Jika angin semakin kencang, semakin besar pula energi yang dihasilkan. Memang benar tapi tidak semudah itu. Karena baling-baling direncanakan akan berbobot ringan, angin kencang bisa dengan cepat menghancurkannya. Jika tidak ada mekanisme rem atau penurunan kecepatan baling-baling, angin bisa merusak konstruksi baling-baling, bahkan menerbangkannya dengan mudah. Rem merupakan faktor penting dalam pengendalian kecepatan putaran baling-baling.

No comments:

Post a Comment