Thursday, April 4, 2013

Perubahan Iklim Planet Bumi (Bagian 2)

Planet Bumi Masih Baik-baik Saja (Bagian 2)
Perubahan Iklim Planet Bumi

Beberapa detail yang menjelaskan perkiraan skenario CO2 di atas memang sedikit kontroversial. Pada dasarnya, semua ramalan mengenai apa yang akan terjadi di masa depan bersifat subyektif, termasuk juga prediksi yang dibuat melalui proses komputerisasi. Anda harus memperkirakan atau membandingkan prediksi itu berdasarkan fakta-fakta yang terjadi sekarang; dan tetap saja akan ada perbedaan pendapat.

Para ilmuwan cenderung bersifat ultrakonservatif jika membahas tentang perdiksi masa depan dalam hubungannya dengan isu pemanasan global. Seringkali kita mendengar penjelasan yang bertele-tele dan kita pun sulit memahaminya. Pada umumnya, banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa Planet Bumi memang sedang mengalami penningkatan temperatur dengat cepat, persediaan bahan bakar fosil menipis, tingkat keasaman air laut meningkat, dsb. Semua hal itu pernah dialami Bumi, sesuai dengan yang tercatat dalam sejarah geologi.

Penyerapan CO2 Oleh Air Laut

Laut memang memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap gas karbon dioksida dari udara. Bahkan hal ini sering dibuktikan dalam praktek-praktek sains di sekolah. Prosesnya adalah sebagai berikut:

  1. Tuanglah air yang telah mengalami proses distilasi ke dalam sebuah gelas dan biarkan selama satu malam.

  2. Pada pagi hari, Anda akan bisa mengetahui bahwa air tersebut mengalami tingkat perningkatan keasaman, karena air itu menyerap karbon dioksida dari udara.

  3. Kandungan karbon dioksida yang terserap memang tidak seberapa, tapi sekarang taruhlah sebuah batuan kapur ke dalam gelas itu (berfungsi sebagai batuan di dasar lautan).

  4. Keesokan harinya, air tersebut menjadi sedikit alkali, dan tingkat karbn dioksida yang terserap mencapai sekitar 60 kali lebih besar daripada hari sebelumnya.

Tingkat alkali setara dengan yang dimiliki air laut, juga dengan kemampuan menyerap karbon dioksida. Perlu diingat bahwan lautan menutupi 2/3 permukaan Planet Bumi.

Jangka waktu yang diperlukan oleh lautan untuk menyerap semua gas karbon hasil aktivitas manusia dihitung dengan cara menggabungkan volume air permukaan dan lautan dalam (deep sea water), perubahan volume air di kedua bagian tersebut akan berubah secara tidak langsung dan hanya mungkin terjadi dalam jangka waktu 1000 tahun. Setelah itu, jumlah gas karbon dioksida pun masih berbeda-beda dari tingkat normal sampai mengkhawatirkan tergantung dari jumlah pembakaran yang diterapkan dalam model teoritis. Tidak ada seorang pun yang tahu tentang kapan gas karbon dioksida itu berubah menjadi kapur dan batu, atau zat kimia yang dibutuhkan untuk proses itu. Salah satu hal yang meyakinkan adalah bahwa proses geologi telah mampu mengembalikan level/kandungan gas karbon dioksida bahkan sebelum manusia ada. Beberapa orang bahkan yakin bahwa tingkat karbon dioksida sebenarnya tidak pernah berubah; jumlahnya tetap sama selama jutaan tahun.

Dasar pemikirannya adalah sistem/mekanisme fotosintesis yang justru terkesan telah beradaptasi dengan baik dengan keadaan/tingkat karbon dioksida yang sekarang ini. Gambaran umum tentang tingkat peningkatan gas karbon dioksida selama 1000 tahun, yang diikuti oleh penurunan secara perlahan dan akhirnya kembali menuju tingkat sebelum peradaban manusia tercipta, merupakan hal yang umum ditemukan pada semua model teoritis yang digunakan, termasuk pada model yang sebenarnya bersifat pesimistis.

Prediksi tentang pemanasan global yang sering kita dengar ternyata justru menimbulkan banyak pertanyaan karena tidak ada fenomena seperti yang sering diutarakan; observasi cuaca di lapangan tidak mengindakasikan adanya efek serius pemanasan global. Pada prinsipnya, perubahan pada iklim seharusnya tercermin dengan jelas pada statistik curah hujan, frekuensi badai, temperatur, dan sebagainya. Dalam keadaan sebenarnya, perubahan pada hal-hal tersebut tidak terjadi. Selama ini pola cuaca didominasi oleh fenomena alam yang terjadi di lautan seperti El Nino Southern Oscillation dan North Pacific Gyre Oscillation; keduanya mempengaruhi perubahan iklim secara reguler yang dilakukan Planet Bumi dan tidak merupakan akibat pemanasan global.

Untuk menguji kebenaran teori tentang dampak pemanasan global, Anda harus benar-benar bisa memisahkan dampak hebat seperti yang telah diutarakan dengan perubahan-perubahan kecil. Tentu saja, Anda harus membandingkannya dari sudut pandang atau skala waktu waktu ratusan tahun. Sampai sekarang, tidak seorangpun di dunia ini yang mampu melakukannya.

Sebenarnya ada beberapa fenomena pemanasan global tercatat dalam sejarah. Dari sudut pandang ilmu geologi, Planet Bumi mengalami pemanasan global setiap 100.000 tahun sekali. Kemudian akan diikuti oleh proses pendinginan lalu suhunya meningkat lagi seperti keadaan sekarang. Penggunaan radiometric teknologi membantu para ilmuwan dalam menentukan usia bebatuan dan mereka bisa memperkirakan fenomena alam yang terjadi di masa lampau dengan tingkat keakuratan yang sangat baik.

Beberapa fakta lain yang tercatat dalam geological time adalah sebagai berikut:

- Laut Mediterania (Laut Tengah) pernah kering, 6 juta tahun yang lalu.

- Buaya dan kura-kura pernah menghuni Kutub Utara, 90 juta tahun yang lalu.

- Amerika Utara bagian tengah pernah tenggelam di lautan dan menyimpan tulang belulang dinosaurus.

- Eropa Utara pernah menajdi gurun dan batubara terbentuk di Kutub Selatan, 300 juta tahun yang lalu.

Tidak ada seorangpun yang tahu penyebab perubahan cuaca yang terjadi di masa lalu. Beberapa pemikiran yang sempat muncul adalah perubahan orbit Planet Bumi karena pengaruh planet lain, perubahan gelombang di lautan, naik dan turunnya efek rumah kaca, pantulan panas oleh salju, pergerakan benua, tabrakan komet, banjir, letusan gunung, dan penurunan intensitas cahaya Matahari. Sekali lagi, semua perkiraan adalah hipotesis; satu hal yang pasti dari semua kejadian tersebut, manusia sama sekali tidak terlibat dalam proses bencana itu.

Sejarah yang tercatat dalam geologic time mengacu pada suatu simpulan bahwa iklim adalah lebih besar, lebih kuat, superior daripada energi. Manusia sekarang berusaha menghemat penggunaan energi dengan maksud untuk mencegah perubahan iklim. Perubahan iklim berkaitan sangat erat dengan geologic time, juga merupakan suatu hal yang dilakukan oleh Planet Bumi berulang-ulang. Tentu saja, Planet Bumi tidak peduli jenis peradaban mahkluk yang akan menerima dampak dari perubahan yang terjadi. Jika manusia punah, sepertinya Bumi juga akan masih berotasi dan berevolusi seperi yang sekarang dilakukan sambil memperbaiki dirinya sendiri atas kerusakan yang ada karena dampak perubahan.

Perubahan iklim seharusnya tidak menjadi perhatian besar manusia, bukan karena hal ini tidak penting, tetapi justru karena kita memang tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah atau mengendalikannya.

Robert B. Laughlin adalah profesor bidang fisika di Stanford University. Artikel ini adalah versi terjemahan bebas dari sebagian essay yang ditulis Beliau.

No comments:

Post a Comment